lelaki itu berpuisi dalam diam
saat bersama kami mulutnya selalu bungkam
tapi hatinya tidak henti bergumam
lelaki itu bersajak saat malam
saat kami semua sedang terpejam
agar tulisannya agak teredam
namun aku mendengar lolongan dari kata-katanya
jeritan hati lelaki itu lebih keras dibanding diamnya
kebisuannya dapat memekakkan telinga setiap pembaca
bahwa ia ternyata tidak hanya diam dalam diam
bahwa dia ternyata
si lelaki yang gemar bersajak dan berkata-kata
tidak dengan kami
tapi dengan puisi
*untuk Imam
No comments:
Post a Comment