Saturday 7 April 2012

Representasi Wanita dalam "Macbeth"


Halo, selamat hari sabtu =)
Siapa yang tidak tahu kisah klasik tentang Adam dan Hawa? Siapa pula yang tidak tahu mitologi Yunani yang mengisahkan Pandora dan kotaknya? Saya rasa kebanyakan dari kita mengetahui bahwa karena Hawa-lah (meskipun sebenarnya karena Iblis yang menghasut Hawa dan ada kemungkinan Adam itu termasuk suami takut istri) sekarang umat manusia menjalani kehidupan mortal di bumi. Karena Pandora-lah kejahatan dan keburukan menjadi merajalela di muka bumi. Dan katanya ada tiga hal yang mampu menjatuhkan dan melumpuhkan pria, satu diantaranya adalah wanita, setidaknya William Shakespeare setuju dengan hal itu; maka lahirlah sebuah drama tragedi yang bertitel Macbeth.



Dalam drama ini, karakter wanita utama memiliki peran penting dalam perkembangan karakter Macbeth. Karakter wanita yang pertama adalah tiga penyihir yang Macbeth temui dalam perjalanan pulangnya dari medan perang. Penyihir ini meramalkan bahwa Macbeth, yang saat itu bergelar Thane of Glamis (menurut Wikipedia Indonesia, thane itu semacam gubernur), akan segera menjadi Thane of Cawdor dan tidak lama lagi akan menjadi raja. Pada awalnya Macbeth tidak percaya pada para penyihir, karena pada saat itu penyihir dianggap makhluk yang jahat dan aneh (wanita tapi berjenggot). Namun setelah mendengar berita bahwa dirinya benar-benar diangkat menjadi Thane of Cawdor oleh sang raja sendiri, Macbeth pun mulai berpikir mungkin para penyihir itu benar dan mungkin juga ia kelak akan menjadi raja. Dan satu-satunya cara menjadi raja adalah dengan membunuh Duncan yang sedang menjabat pada saat itu. Agar ramalan para penyihir itu terwujud, bersama istrinya, Macbeth mulai merencanakan pembunuhan.

Karakter wanita yang kedua adalah Lady Macbeth, seorang istri yang ambisius. Karena tahu sifat suaminya yang plin-plan dan lembek, Lady Macbeth pun memanipulasi Macbeth dengan mempertanyakan kejantanan suaminya saat  Macbeth takut dan ragu akan rencana pembunuhan Duncan. Terprovokasi oleh hasutan istrinya, Macbeth pun kemudian ingin membuktikan bahwa dirinya adalah pria sejati dan  kemudian melancarkan pembunuhan atas Duncan. Karena kemampuannya dalam menghasut dan memanupulasi, Lady Macbeth bahkan disebut oleh seorang kritikus sastra bahwa dialah penyihir yang sebenarnya. 

Setelah membunuh Duncan dan menjadi raja, Macbeth tidak segan melakukan pembunuhan-pembunuhan lainnya. Lady Macbeth yang menjadi depresi setelah pembunuhan Duncan dan melihat suaminya berubah menjadi begitu ambisius dalam mengejar kekuasaan, akhirnya mati bunuh diri. Macbeth pun mulai dibenci oleh rekan-rekan sesama thane-nya. Tercetuslah perang melawan Macbeth. Dan pada akhir kisah, Macbeth pun menyadari bahwa ia salah mengartikan ramalan penyihir dan akhirnya mati di tangan Macduff yang lahir secara sesar (yang Macbeth tahu ia tidak akan terbunuh oleh siapapun yang terlahir melalui rahim wanita dengan persalinan normal).

Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa Shakespeare percaya wanita dapat membawa pria ke pada kejayaan sekaligus kehancuran karirnya. Karakter wanita (penyihir dan Lady Macbeth) digambarkan oleh Shakespeare sebagai sosok yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi dan akhirnya menjatuhkan pria dan membawanya kepada kehancuran.

Jika ada pepatah mengatakan "behind every successful man there is a woman", lain halnya yang terjadi menimpa Macbeth. Macbeth adalah korban dari ramalan penyihir dan istri yang ambisius. So, behind the destruction of Macbeth, there are women. 


1 comment: