Wednesday 6 April 2011

Me-Dia

Sudah lihat Brimob yang lip sync lagu india? Saya sudah.
Kebetulan ada yang berbagi link-nya di facebook.
Dilihat dari responnya, video itu katanya lucu. Dengan 10% ingin tahu, 30% penasaran, 60% toleransi, saya pun menonton video yang kira-kira sudah dilihat oleh jutaan pasang mata itu, mata yang pemiliknya dipengaruhi media untuk turut melihat video itu, dan berpikir seperti apa yang media pikir dan sampaikan di TV, di koran, di internet, di manapun.

Video berdurasi kurang lebih 6 menit itu menampilkan seorang Brimob asal Gorontalo. Entah terinspirasi kesuksesan Sinta dan Jojo atau Moymoy Palaboy, aparat ini me-lip sync lagu berbahasa India. Bedanya, dia beraksi sendiri. Gerakan mulutnya keliatan sinkron dengan lirik lagunya, gerakan badannya kocak. Kalau untuk sekedar tontonan instan yang ditujukan untuk menghibur, iya, video itu lucu.

Buat saya, iya, video itu lucu. Lucu yang mungkin lebih baik ditulis seperti ini: "Lucu".

Sebut saja selera humor saya buruk, tapi respon maksimal yang bisa saya beri untuk video itu hanya senyum.

Saya yakin, ada ribuan, bahkan jutaan video lipsync semacam itu yang diunggah orang Indonesia di Youtube. Lucu, media memilih video ini untuk di ekspos. Yang jadi lucu, subjek video itu berseragam polisi.

Kalau si polisi itu ber-lipsync dengan tidak memakai seragam polisi, bukan di kantor polisi, dan tidak bersama rekannya yang polisi, dia mungkin tidak akan ada di TV. Buat media, mungkin ini suatu 'prestasi'. Mungkin.

Akankah pemadam kebakaran, hansip, guru, pegawai negeri lainnya dan orang-orang dengan profesi yang dituntut untuk mengenakan seragam saat dinas berperilaku seperti sang Brimob di video itu juga akan menjadi sorotan?

Kenapa media bukan memberitakan 'prestasi' lain dari polisi?

Tidak adakah polisi di luar sana, yang dengan gagahnya seperti pahlawan menyelamatkan seseorang yang hampir direnggut maut dan kemudian namanya harum diberitakan media?

Adakah prestasi lain dari aparat keamanan yang lebih layak diberitakan dan nantinya dicontoh ketimbang polisi yang tenar karena hobinya bernyanyi India?

Apakah ini berupa implikasi bahwa yang masyarakat Indonesia harapkan dari media itu bukan contoh baik tapi sesuatu yang instan yang dapat mengundang tawa?

Oke. HAHAHAHAHAHAHHAHAHA...

Kalau dipikir-pikir lagi, orang-orang yang disorot media, apalagi media audio-visual yang dinamakan TV, yang disetiap rumah, bahkan di setiap kamar ada itu kebanyakan politikus yang kerjaannya tau sendiri, band-band melayu, kriminal, artis-artis yang kawin-cerai-kawin-cerai-selingkuh-cerai-kawin, dan yahh... saya kurang tahu lagi, sudah lama saya tidak lihat berita.

Lucu ya?
Media membuat seseorang menjadi 'dia' yang ramai diperbincangkan.

Media, oh, media...
Kemarin yang lipsync dua orang mahasiswi, hari ini polisi, besok mungkin dokter yang lipsync sambil mengautopsi.
Dan saya sangat menunggu-nunggu giliran anggota DPR bikin boyband dan masuk chart pagi-pagi, menyanyi dan menari. Jika seperti itu, bukankah mereka akan lebih dicintai? Dari pada bekerja di DPR dan masyarakat hanya bisa mengapresiasi dengan membenci dan mencaci?


Demi tuhan, itulah hiburan untuk negeri.

No comments:

Post a Comment