Saturday 9 April 2011

morning epic post

There are very many things
I would like to say to you,
But i've lost my way
And I've lost my words.

There are very many places
I would like to go
But I can't find the key
To open my door.

The weight of my words-
You can't feel it anymore

There are very many ways

I would like to break the spell
You've cast upon me.
Because all the time
I sacrificed myself
To make you want me,
Has made you haunt me.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Seni dan Sastra itu keren. Sering sekali ketika saya sulit mendeskripsi perasaan, saya menemukan refleksi apa yang saya rasa pada karya seni atau karya sastra tertentu. Misalnya pada lagu. Iya, lirik lagu diatas itu milik Kings of Convenience dari lagunya yang berjudul The Weight of My Words pada album debutnya yang dirilis tahun 2001 yang bertitel Quiet is the New Loud.

Saya memang kurang pandai dalam menetaskan, memenej, mengaransemen, dan mengonversi ide di kepala saya dalam bentuk tulisan yang terpadu. Ide dalam tulisan saya kebanyakan lompat kesana-kemari seperti kehilangan arah dan tidak terfokus pada masalah. Alurnya tidak terlalu jelas, kadang maju, kadang mundur. Karena mungkin cara berpikir saya yang kurang merunut, tidak terurut. Makanya nilai esay saya jelek terus.

Pagi ini saya berpikir keras untuk menginterpretasi perasaan saya. Saya berusaha sekuat tenaga menranskripsi perasaan agar dapat menjadi ide yang kemudian bisa saya buat menjadi tulisan. Apapun formatnya.

Namun,
Jika perasaan adalah telur dan ide adalah sesuatu yang menetas dari dalamnya, maka apapun yang saya tetaskan akan cacat.
Jika perasaan itu uap air, dan ide itu es, maka saya tidak pernah berhasil menyublim perasaan saya.

Maka dari itu saya suka sekali seni dan sastra.
Mereka merepresentasikan bentuk penyubliman yang sempurna.

Dan lirik lagu ini, sudah cukup memuat perasaan saya terhadap kamu.

Maaf, saya tidak dapat menginventasi kata-kata sendiri, karena seperti yang Erlend atau Eirik (saya tidak yakin siapa diantara mereka yang menulis lirik ini) bilang:

The weight of my words / You can't feel it anymore

***

Mungkin juga saya terlalu terkonsumsi oleh teori Jatuh Cinta itu Biasa Saja.
Lucu bagaimana suatu karya dapat membentuk pola pikir penikmatnya. Itukah katarsis?
Tapi, saya percaya memang (seharusnya) cinta itu biasa saja.

Kita berdua hanya saling bercerita / Tak perlu memuji

...

Kita berdua tak pernah ucapkan maaf / Tapi saling mengerti

...

Ketika rindu, menggebu-gebu, kita menunggu / Jatuh cinta itu biasa saja

...

Saat cemburu yang membelenggu / Cepat berlalu

Jatuh cinta itu biasa saja

***

Malam tadi saya tidur sambil memeluk resah, pagi ini dia masih di sana, di samping saya.
Tidak heran, tapi, kamu di mana, Monyet?
Pagi ini saya mengguncang resah, sambil gelisah bertanya-tanya padanya:

Monyet gue kemana?
Gue ga liat dia di mimpi gue tadi malem
Gue ga denger suaranya di kepala gue

Monyet gue kemana?
Gue butuh dia
Gue lupa caranya ketawa
Cuma dia yang bisa

Monyet gue kemana?
Gue kangen dia
Dia ga ada
Dia ilang
Dia kerasa jauh

Monyet gue kemana?
Lo tau ga?

Satu respon:

Dia kecewa.

***

I don't really believe in 'boyfriend / girlfriend' theory. The term 'in relationship' is too mystifying. I think when two person love each other, there should be only trust, that's all. Trust creates loyalty and consistency, and for God's sake, that's the best a person could get from the beloved.

Yesterday, I broke that trust. I'm in grief now, drowning in the sea of guilt, desperately choking for breath. You know how it feels when you broke a promise and made somebody disappointed.

At least, eventhough I've lost your trust for me , you still have my loyalty, yet my consistency is at stake. If you want to go away, then go ahead, there's another 2 years I'll take to forget.
Too bad, for you, I haven't give up yet.

***

Gue ga maksud mau nandingin panjangnya Beowulf, tapi pikiran gue yang menjejali kepala ini bener-bener harus ditumpahkan, ditumpahkan, bukan lagi dituangkan yang memiliki sense of sedikit-sedikit, teratur, dan bertakar. Ini tumpah yang berarti tidak berarturan, banyak, tiba-tiba, dan tidak disengaja.
Gue butuh distraksi hari ini.
Hal seperti ini bikin gue ngerasa, Tuhan sedang cemburu karena gue lebih sayang sama makhluknya ketimbang Dia.

Tuhan, maaf, karena sekarang gue bikin dia kecewa.
Jangan bilang Kamu juga.
Jangan.

No comments:

Post a Comment